KitaSatu.com - Semua orang pasti pernah memimpin atau dipimpin. Sebagai manusia, minimal kita adalah pemimpin bagi diri kita sendiri. Hal ini sejalan bahwa tiap manusia akan menanggung sendiri dari apa yang telah ia lakukan. Jadi di sini manusia dituntut untuk bisa mengontrol dirinya agar tetap pada koridor dan nilai-nilai tertentu.
Untuk menjadi pemimpin kita harus bisa mengatur strategi posisi kepemimpinian seperti dapat kita lihat dari kepemimpinan dari perjalanan sekelompok serigala di bawah ini :
Foto : Gagak Jawa /Facebook |
3 di depan adalah yang tua dan sakit, mereka berjalan didepan untuk mengatur kecepatan berjalan kelompoknya karena jika mereka di belakang akan tertinggal.
5 dibelakangnya adalah yang terkuat dan terbaik, mereka bertugas untuk melindungi sisi depan bila ada serangan.
para 'warga' berada di tengah-tengah, terlindungi dari serangan manapun.
5 dibelakangnya adalah yang terkuat dan terbaik, mereka bertugas untuk melindungi sisi belakang bila ada serangan.
1 yang terakhir adalah sang pemimpin.
Dia memastikan tak ada yang tertinggal 'no one left behind' dan semua tetap berada pada kelompok 'all keep stay one on pack'.
Dia selalu siaga untuk berlari ke arah manapun untuk memerintahkan 'protect and serve' kepada para 'bodyguard' kelompoknya..
Inilah INTI dari MAKNA KEPEMIMPINAN dari perjalan sekelompok serigala tersebut. Yakinlah bahwa dalam perjalanan berkelompok ini semua dalam keadaan terlindungi satu sama lain dan selamat sampai akhir perjalanan yang dituju.
Namun dalam kehidupan manusia, seorang pemimpin yang baik itu harus melewati 3 tahap. Seperti, pepatah mengatakan: "Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani"
“Ing ngarso sung tuladha (di depan sebagai contoh), ing madya mangun karso (di tengah memberi semangat), tut wuri handayani (di belakang memberikan dorongan)".
Menurut saya ini adalah sebuah kata-kata yang cukup bermakna dalam, bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik.
Di depan sebagai contoh, artinya selain menjalankan tugas pokok sebagai pemimpin, juga harus mampu bersikap positif, mampu memberikan positif impact, sehingga ia layak untuk menjadi tauladan (contoh) sikap dan perilaku bagi yang lain (anggota/bawahannya). Selanjutnya, di tengah memberi semangat, artinya dalam aktifitas untuk mencapai tujuan, seorang pemimpin tidak selalu mengatur, pemimpin harus mampu memberikan sentuhan-sentuhan penyemangat agar para anggota juga tidak merasa diperas, ditekan dalam aktifitasnya. Ketiga, di belakang memberi dorongan, di sinilah seorang pemimpin tidak selalu dalam posisi di depan dalam derap langkah sebuah aktifitas. Seorang pemimpin yang ideal harus mampu dan mau “turun tahta” untuk sementara waktu, untuk membaur bersama anggota dan memberikan dorongan-dorongan di saat mereka dalam keadaan lemah, fisik atau pun mental.
Comments
Post a Comment